Pages - Menu

Kamis, 11 Oktober 2012

pembahasan mengenai pergaulan bebas


BAB I
PENDAHULUAN

Kisruh dalam sengketa tanah di Meruya Selatan, Jakarta Barat, tak pelak mengungkap betapa amburadulnya sistem informasi pertanahan kita. Bahkan bukan itu saja, kasus yang menghadapkan PT Porta Nigra melawan warga Meruya Selatan yang mendiami wilayah seluas 44 hektar itu juga menyibakkan bagi kita akan carut-marutnya sistem administrasi dari lembaga-lembaga yang terkait dengan sengketa tanah tersebut, seperti lembaga pemerintahan daerah (sampai dengan lembaga kelurahan), Badan Pertanahan Negara, bahkan juga lembaga penegak hukum (Pengadilan Negeri dan Mahkamah Agung). Semakin banyak lembaga atau pihak yang terkait dalam sebuah konflik tanah, biasanya persoalannya akan bertambah ruwet, hingga jalan penyelesaiannya pun akan tidak mudah.

1. Latar Belakang
Dengan melihat kembali ke belakang kepada sejarah awal peristiwa ini terjadi, kita dapat memahami dan mengurai benang kusut kasus sengketa tanah Meruya Selatan. Persoalan ini dimulai pada tahun 1972-1973 saat PT Porta Nigra melakukan pembebasan tanah seluas 44 hektar Kelurahan Meruya Selatan, Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat. Proses pembebasan tanah tersebut diketahui dan disetujui Lurah Meruya Udik waktu itu dan penggantinya (1973).
Setelah itu pada tahun 1974, tanah yang telah dibebaskan tersebut dijual kembali oleh seorang oknum warga dan Lurah Meruya Udik kepada Pemda DKI Jakarta untuk proyek lintas Tomang seluas 15 hektare dengan menggunakan surat-surat palsu. Di sinilah kemudian Pemda DKI Jakarta mulai masuk dalam persoalan. Ini menggambarkan bahwa administrasi pemerintahan daerah kita masih belum tertata dengan baik. Betapa tidak, bila warga yang tinggal di sana ternyata sebagian besar sudah memiliki sertifikat tanah yang dikeluarkan BPN. Hal ini dikuatkan Kepala Kantor Wilayah BPN DKI Jakarta, yang menyebutkan bahwa dari 350 hektare tanah di Meruya Selatan, sudah ada sekitar 300 hektare tanah yang yang bersertifikat.
BPN sebagai pihak yang bertanggung-jawab atas penerbitan sertifikat tanah kepada para warga Meruya Selatan – yang ternyata telah dimenangkan PT Porta Nigra dalam Kasasi Mahkamah Agung (MA) itu – mengaku hingga kini tidak menerima informasi atas putusan MA tersebut. Tentu saja BPN punya prosedur dan sudut pandang tersendiri mengapa pihaknya dapat menerbitkan sertifikat tanah itu. Namun, bagaimana pun juga ini merupakan peristiwa yang di kemudian hari akan menjadi momok bagi masyarakat, meskipun mereka telah mempunyai surat-surat dan serifikat tanah yang secara hukum sah diakui.

2. Rumusan
Dalam membuat makalah ini, Penulis menilai perlu untuk membahas kronologi kasus sengketa tanah Meruya, faktor penyebab apa saja yang memicu terjadinya kasus sengketa tanah tersebut dan apa dampak signifikan kepada warga setempat pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya, diikuti solusi-solusi dari segi nilai disiplin hukum, pemerintah, dan lembaga peradilan.

3. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memaparkan kasus sengketa tanah Meruya secara kronologis, faktor penyebab dan dampak dari kasus tersebut serta berusaha menawarkan solusi dan rekomendasi yang menjunjung tinggi nilai keadilan dari beberapa sudut pandang.

4. Metode Penulisan
Metode yang Penulis gunakan dalam membuat makalah ini adalah metode studi kepustakaan. Metode studi kepustakaan yaitu suatu metode dengan membaca telaah pustaka tentang selak-beluk kasus sengketa tanah Meruya. Selain itu, Penulis juga memperoleh referensi dari Internet.







BAB II
PEMBAHASAN
Faktor Pemicu,Dampak & cara menanggulangi Perilaku Seks Bebas

1. Faktor Pemicu Seks Bebas
Seks adalah kebutuhan manusia yang selalu ada dalam diri manusia dan bisa muncul secara tiba-tiba. Seks juga bisa berarti sebuah ungkapan rasa abstrak manusia yang cinta terhadap keindahan. Sebagai asumsi dasar, dapat dikatakan bahwa kehidupan remaja kampus yang dihiasi dengan seks bebas bisa terjadi karena dua faktor utama yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah yang datang dari individu itu sendiri, yaitu yang berkenaan dengan hasrat, rasa frustrasi, kualitas konsep diri, hormon testosterone dan estrogen, keadaan kesehatan tubuh, faktor psikis, rangsangan seksual yang diterima, dan pengalaman seksual sebelumnya.
Sedangkan faktor eksternal adalah sebab yang datang bukan secara langsung dari individu itu sendiri melainkan karena ada faktor luar yang mempengaruhinya untuk melakukan hal yang demikian. Faktor eksternal ini bisa berbentuk desakan kondisi ekonomi, pengaruh lingkungan, kegagalan kehidupan keluarga, kegagalan percintaan, dan sebagainya.

A. Faktor Internal
Secara internal, pergaulan bebas bisa disebabkan lemahnya iman sehingga tergoda untuk memanjakan syahwat dengan bergaul bebas dan pacaran. Iman dalam hal ini sangat menentukan konsep diri seseorang. Iman pula yang membentuk kualitas akhlak. Iman yang miskin mengakibatkan kebobrokkan akhlak dan kebobrokan akhlak akan memacu tindakan negatif.
Hasrat atau syahwat manusia untuk melakukan kebutuhan biologisnya harus dapat dikendalikan. Hasrat yang liar dan dipengruhi nafsu akan berakibat kezaliman pada pemenuhannya. Contohnya dalam kasus ini adalah pergaulan bebas di kalangan mahasiswa. Walaupun pergaulan bebas merupakan fenomena umum yang terjadi di dunia kampus, namun hal tersebut tidaklah dapat dibenarkan.
Pergaulan bebas juga dipengaruhi oleh keadaan psikologis seseorang. Pertumbuhan seks membawa konsekuensi psikologi yang juga cukup rumit dihadapi remaja, karena bersamaan dengan itu remaja pun menyadari akan munculnya kebutuhan fisik baru, yaitu dorongan seksual dan kebutuhan akan pemuasannya baik secara erotik maupun hubungan seksual. Kenyataan akan kesenjangan antara pematangan fungsi biologi dan pematangan sosial psikologis pun menjadi kendala psikofisik cukup berat yang harus dihadapi remaja. “Kebutuhan cinta dan seks, berwujud desakkan untuk bercinta dan karenanya diperlukan mencintai orang lain. Bagi orang yang menjalin cinta dan seks secara padu dapat memperoleh kesan psikologis yang kuat.” (Mappiere, 2004:81).
Perkembangan fisik manusia menuju kedewasaan akan disertai perkembangan hormon gender (testosteron/estrogen).3 Percepatan pertumbuhan dan perkembangan fisik disertai pula gejala fisik lain yang dirasakan kurang nyaman oleh remaja. Remaja menjadi cepat lelah, malas, dan mudah mengantuk, sementara kuantitas dan kualitas makanan yang dibutuhkan pun meningkat. Kondisi ini akan diikuti oleh hal-hal sebagai berikut:
v   Keinginan mengisolasi diri dari pergaulan umum maupun pergaulan keluarga.
v   Kejenuhan/kebosanan. Timbul rasa bosan melakukan kegiatan yang sebenarnya selalu dilakukan dengan senang hati, seperti bosan sekolah atau kegiatan sosial tertentu. Dengan demikian, prestasi sekolah umumnya menurun drastis.
v   Gangguan koordinasi. Sering remaja tidak menyadari besarnya tubuh saat ini sehingga aktivitas fisik sering dilakukan seperti seolah kelebihan tenaga.
v   Antagonisme sosial. Kebutuhan "otonom", mandiri berkembang sebagai konsekuensi perlakuan yang menuntut dari lingkungan terhadap remaja. Namun kenyataannya, remaja merasa ia sendiri belum yakin akan kemampuan untuk otonom, sehingga remaja sering dihadapkan pada situasi frustrasi.
v   Peningkatan emosionalitas. Kemurungan, cepat tersinggung, sifat-sifat provokatif, depresi, marah-gembira, silih berganti dalam waktu relatif singkat, sehingga sulit dimengerti oleh orangtua, keluarga, dan sekolah.
v   Kehilangan keyakinan diri. Perasaan selalu disalahkan lingkungan sering membuat remaja merasa kehilangan keyakinan diri. Hal ini diikuti rasa rendah diri yang eksesif pada untuk sementara remaja.
v   Kesadaran akan kebutuhan erotiks dan seksual yang mendorong rasa ingin tahu tentang masalah seks dan seksualitas.
Berangkat dari rasa ingin tahu yang sangat besar inilah kisaran perilaku seksual remaja berada dalam dimensi wajar/normal hingga menyimpang. Gejolak emosi remaja yang fluktuatif seperti diungkapkan di atas, membawa remaja pada posisi bertanya-tanya tentang keadaan teman remaja lainnya. Mereka mempertanyakan keadaan teman sebaya dan hal inilah yang membuat kedekatan emosional remaja menjadi erat dengan teman sesama remaja.
Kedekatan emosional yang terjalin terkadang bahkan menggeser kedekatan emosional antara remaja dengan orangtua dan keluarga. Mereka terkesan kompak dan saling melindungi. Rasa ingin tahu tentang hal seks pun diungkap dalam relasi dengan teman sebaya. Oleh berbagai sebab memang terdapat kondisi mental remaja yang secara dimensional dapat diungkap sebagai kondisi remaja sehat mental sampai dengan remaja yang bermasalah.
Remaja bermasalah akan ditandai oleh rasa rendah diri yang intensitasinya tinggi, sangat labil secara emosional, sulit bergaul, dan terpaku pada gejolak emosi serta dorongan seksual semata.

B. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang menyebabkan timbulnya perilaku seks bebas antara lain adalah faktor keluarga, lingkungan sekitar, pengaruh budaya barat, pengaruh media, dan ekonomi.
v   Keluarga
Keluarga adalah tempat yang terdiri dari ayah dan ibu sebagai orangtua dan anak. Sudah sepantasnya keluarga adalah tempat yang paling akrab, tempat yang paling hangat, dan tempat yang paling cocok bagi seluruh anggota keluarga untuk dapat saling berbagi dan bercerita. Namun, dengan berkembangnya zaman, keluarga seakan bukanlah tempat yang nyaman lagi bagi beberapa orang. Ada keluarga yang kedua orang tuanya bekerja untuk menafkahi anak-anak mereka, sehingga perhatian mereka terhadap anak berkurang, mereka hanya berpikir bahwa apabila ada uang berarti anak bisa membeli semua kebutuhannya dan anak menjadi senang. (Dr. Ramona, “Jalan Kematian Bernama Aborsi”, 2005:2)
Pada masa kini peran keluarga seakan makin memudar dalam hal pengawasan terhadap anak. Anak yang merasa kekurangan perhatian dari orangtuanya cenderung untuk mencari kehangatan di luar rumah. Hal inilah yang membuka kemungkinan bagi seorang anak untuk terjerumus dalam dunia seks bebas. Pada saat anak mengalami suatu masalah, tidak ada keluarga yang dapat mendengarkan cerita dan keluh kesahnya sehingga ia lebih suka pergi ke luar di mana ada orang yang mau mendengarkan segala masalahnya, walaupun orang itu adalah orang yang akan menjerumuskannya ke dalam pergaulan yang tidak benar, contohnya seks bebas sebagai pelimpahan kekesalan dan kegelisahannya.
v   Lingkungan Sekitar
Perilaku seks bebas tidak hanya diakibatkan oleh peran keluarga yang kurang, namun juga peran lingkungan sekitar. Lingkungan sekitar di sini maksudnya adalah masyarakat, baik teman di kalangan kampus maupun tetangga sekitar rumah. Seorang anak yang memiliki teman atau bergaul dengan lingkungan yang salah, dalam arti cenderung ke ‘dunia gelap’, dapat terjerumus pula ke dunia itu karena ia merasa nyaman dengan lingkungan tersebut.
Para pelaku seks bebas yang terjerumus karena pengaruh temannya, biasanya disebabkan oleh rasa terlalu percaya dan rasa hutang budi yang teramat besar terhadap temannya tersebut. Banyak pula yang berpikiran, kalau tidak melakukan seks bebas, maka ia tidak akan diterima di lingkungan tempatnya bergaul, atau ia akan dianggap sebagai orang yang tidak ‘gaul’. Banyak anak masa kini yang cenderung berperilaku seks bebas sekedar untuk mendapatkan banyak teman, agar dapat diterima di lingkungannya.
v   Pengaruh Budaya Barat
Maraknya film-film layar lebar yang berasal dari dunia barat, merupakan salah satu faktor penyebab banyaknya terjadi kasus-kasus seks bebas. Film-film yang menayangkan budaya dan kebiasaan orang barat seolah dijadikan pedoman bagi anak muda Indonesia dalam pergaulannya sehari-hari. Mereka menganggap kebiasaan orang barat adalah ssuatu yang luar biasa dan layak untuk ditiru, padahal hal itu tidak sesuai dengan budaya dan norma yang berlaku di negeri kita. Mereka menganggap bahwa melakukan hubungan seks di luar nikah, adalah hal biasa, tidak tabu, dan tidak melanggar norma yang ada.
Budaya barat terasa begitu melekat pada anak muda sekarang. Hal ini dapat terlihat dari cara mereka berpacaran. Berpelukan dan berciuman di depan umum, bukanlah hal yang tabu, melainkan hal yang sudah biasa. Dari cara berpacaran itulah yang dapat menjerumuskan mereka ke arah seks bebas.
v   Media
Peredaran majalah porno, VCD dan DVD porno, serta luasnya jaringan internet, merupakan pendorong seseorang untuk melakukan seks bebas. VCD dan DVD porno yang memperlihatkan adegan hubungan suami-istri, telah banyak beredar, dan dengan mudah didapatkan. Hanya dengan uang Rp 5000,00 saja, VCD dan DVD tersebut dapat diperoleh. Hal semacam inilah yang memicu remaja sekarang untuk berbuat seks di luar nikah. Berdasarkan survei yang dilakukan di Yogyakarta, 50% dari remaja yang melakukan hubungan seks di luar nikah mengaku melakukannya setelah menonton VCD atau DVD porno. (Silviane, ”Seks Bebas Remaja Indonesia Merajalela”, 2005:1).
Internet juga memudahkan remaja untuk dapat mengakses situs-situs porno, maupun hal-hal lain yang menjurus ke seks bebas. Beredarnya majalah-majalah ilegal baik dari dalam maupun luar negeri, semakin membuka kesempatan dan meningkatkan rasa penasaran remaja terhadap seks. Hal ini mengakibatkan rasa ingin tahu sehingga mereka mencoba-coba untuk melakukan hubungan seks di luar nikah
v   Ekonomi
Bangsa Indonesia yang sedang dilanda krisis ekonomi membuat rakyat menjadi resah dalam hal ekonomi. Kalangan remaja pun ikut merasakan kesulitan saat mereka tidak bisa memiliki barang-barang yang mereka butuhkan untuk meninggikan gengsi mereka di hadapan teman-temannya. Tidak semua remaja, khususnya kalangan mahasiswa dapat memenuhi segala kebutuhannya. Banyak dari mereka yang justru menghalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhan mereka. Ironisnya, banyak mahasiswi yang rela menjual tubuhnya, untuk mendapatkan uang guna membeli pakaian atau alat-alat kecantikan demi meninggikan pamornya.
Para pelaku seks bebas yang dilatar belakangi masalah ekonomi, biasanya pada saat pertama, mereka hanya berniat untuk melakukan hubungan seks bebas kala itu saja. Namun demikian, pada kenyataannya mereka sudah terlena dengan nikmatnya harta dan ketagihan karena mereka dapat menghasilkan uang tanpa perlu bekerja keras. Biasanya remaja yang demikian, sulit untuk lepas dari perilaku seks bebas.

2. Dampak Perilaku Seks Bebas

A. Dampak bagi Pelaku
v   Dampak Fisik
Secara umum, pergaulan (seks) bebas di dunia kampus tidak menimbulkan perubahan fisik, tetapi hal tersebut dapat menyebabkan penyakit-penyakit kelamin, diantaranya adalah:4
a. Gonrrhea dan Chlamydia
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri. Infeksi dimulai beberapa hari sampai beberapa minggu setelah hubungan intim dengan orang yang terjangkit penyakit ini. Pada pria, penyakit ini menyebabkan keluarnya cairan dari kemaluan pria. Buang air kecil dapat terasa sakit. Gejala-gejala ini dapat terasa berat atau tidak terasa sama sekali. Gejala-gejala gonorrhea pada wanita biasanya sangat ringan atau tidak terasa sama sekali, tetapi kalau tidak diobati penyakit ini dapat menjadi parah dan menyebabkan kemandulan. Penyakit ini dapat disembuhkan dengan antibiotik bila ditangani secara dini.
b. Herpes
Penyakit ini disebabkan oleh virus, dapat diobati tetapi tidak dapat disembuhkan. Gejala timbul antara 3 sampai 10 hari setelah berhubungan intim dengan penderita penyakit ini. Gejala awal muncul seperti lecet yang kemudian terbuka menjadi lubang kecil dan berair. Dalam 5 sampai 10 hari gejala hilang. Virus menetap dalam tubuh dan dapat timbul lagi sesuatu saat, dan kadang-kadang sering kambuh. Wanita kerap kali tidak sadar bahwa ia menderita herpes akrena lecet terjadi di dalam vagina.
c. Syphilis
Penyakit yang biasa disebut raja singa ini disebabkan oleh bakteria. Lesi muncul antara 3 minggu sampai 3 bulan setelah berhubungan intim dengan penderita penyakit ini. Luka terlihat seperti lubang pada kulit dengan tepi yang lebih tinggi. Pada umumnya tidak terasa sakit. Luka akan hilang setelah beberapa minggu, tetapi virus akan menetap pada tubuh dan penyakit dapat muncul berupa lecet-lecet pada seluruh tubuh Lecet-lecet ini akan hilang juga, dan virus akan menyerang bagian tubuh lain. Syphilis dapat disembuhkan pada tiap tahapan dengan penicillin. Pada wanita lesi dapat tersembunyi pada vagina.
d. Vaginistis
Infeksi pada vagina yang biasanya menyebabkan keluarnya cairan dari vagina yang berbau dan menimbulkan ketidak-nyamanan. Penyakit ini disebabkan oleh berbagai jenis bakteri (bakteri gonorrhea, chlamydia) atau jamur. Juga dapat disebabkan oleh berbagai bakteri tidak berbahaya yang memang menetap pada vagina. Dapat diselidiki dengan meneliti cairan vagina tersebut dengan mikroskop. Pada umumnya dapat disembuhkan dengan obat yang tepat sesuai dengan penyebabnya.
e. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)/HIV Disease
Penyakit ini adalah penyakit akibat hubungan intim yang paling serius, menyebabkan tidak bekerjanya sistem kekebalan tubuh. Tidak ada gejala yang nyata tanpa penelitian darah sehingga para penderitanya banyak yang tidak mengetahui bahwa dia telah tertular. Dapat menyebabkan kematian setelah sepuluh tahun setelah terinfeksi virus HIV. Disebarkan melalui hubungan intim dan pemakaian jarum suntik secara bersamaan.
v   Dampak Psikologis
Seksualitas merupakan sebuah proses yang berlangsung secara terus-menerus sejak seorang bayi lahir sampai meninggal, sebuah proses yang memperlihatkan hubungan erat antara aspek fisik (sistem reproduksi) dengan aspek psikis dan sosial yang muncul dalam bentuk perilaku, serta merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. (Myles, dkk, 1993). Anehnya, saat ini seksualitas hanya dianggap sebagai aspek fisik hubungan seks saja. Hal ini mengakibatkan seks menjadi tabu untuk dibicarakan dalam keluarga sehingga remaja tidak memperoleh informasi yang cukup mengenai hal ini.
Sementara itu, kenyataan menunjukkan bahwa di satu sisi remaja berada pada masa gejolak seks yang besar, sementara di sisi lain mereka diharuskan mampu menguasai gejolak tersebut tanpa tahu bagaimana cara mengelolanya. Kondisi ini tentu saja dapat menimbulkan keadaan yang rawan dan riskan, bahkan penyimpangan dalam perilaku seksual remaja dewasa ini.
Menurut Prof. Dr. Ieke Sartika Iriany, M.S., dari aspek psikologis, seks bebas yang dilakukan oleh para remaja mengakibatkan timbulnya berbagai dampak dalam kehidupan mereka. Mereka akan mengalami perasaan dan kecemasan tertentu, sehingga bisa mempengaruhi kualitas sumber daya manusia yang mereka miliki di masa yang akan datang. Kualitas-kualitas ini adalah:
a. Kualitas Mentalitas
Kualitas mentalitas remaja perempuan dan laki-laki yang terlibat seks bebas akan rendah, bahkan cenderung memburuk. Mereka tidak memiliki etos kerja dan disiplin yang tinggi karena dibayangi masa lalunya. Cepat menyerah kepada nasib (submisif), tidak sanggup menghadapi tantangan dan ancaman hidup, rendah diri, tidak sanggup berkompetisi.
b. Kualitas Keberfungsian Keluarga
Seandainya mereka menikah dengan cara terpaksa, akan mengakibatkan kurang dipahaminya peran-peran baru yang disandangnya dalam membentuk keluarga yang sakinah.
c. Kualitas Ekonomi Keluarga
Kualitas ekonomi yang dibangun oleh keluarga yang menikah karena terpaksa, tidak akan memiliki kesiapan dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga.
d. Kualitas Pendidikan
Remaja yang terlibat penyimpangan perilaku seksual, kemudian menikah, tentunya akan memiliki keterbatasan akses terhadap pendidikan formal.
e. Kualitas Partisipasi dalam Pembangunan
Karena kondisi fisik, mental dan sosial yang kurang baik, remaja yang terlibat penyimpangan perilaku seksual, tidak dapat berpartisipasi dalam pembangunan. 
v   Dampak Sosial
Pergaulan yang bebas sebenarnya merupakan suatu kebutuhan hidup manusia karena manusia merupakan makhluk sosial yang dalam kesehariannya membutuhkan orang lain, dan hubungan antar manusia dibina dalam suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan juga adalah hak asasi bagi setiap individu dan hal itu harus dibebaskan, sehingga manusia tidak boleh dibatasi dalam pergaulan, apalagi dengan melakukan melakukan diskriminasi, sebab hal itu melanggar HAM. Jadi, pergaulan antar manusia sebenarnya harus dibebaskan, namun tetap mematuhi norma-norma yang berlaku di masyarakat, yaitu norma hukum, norma agama, norma budaya, serta norma sosial.
Masalah seks bebas dalam dunia kampus pada makalah ini merupakan contoh pergaulan bebas yang tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat atau lingkungan sosial. Dampak yang terjadi dari pergaulan bebas seperti ini tentunya banyak memberikan dampak negatif yang akhirnya merugikan orang yang bersangkutan. Dampak negatif yang disebabkan oleh seks bebas di dunia kampus ini salah satunya berimbas pada kehidupan sosial atau bermasyarakat orang itu sendiri.
Banyak dampak sosial yang dapat terjadi pada orang-orang, khususnya remaja, yang sering melakukan seks bebas. Mereka yang sudah biasa melakukannya menjadi terbiasa dengan hal tersebut. Dengan demikian, mereka menjadi terjerumus lebih jauh lagi ke dalam pergaulan bebas. Hal ini menjadikan kehidupan sosial mereka lebih buruk.
Dampak lainnya yang dapat terjadi pada orang-orang yang melakukan seks bebas adalah rusaknya hubungan mereka dengan teman-teman mereka sendiri. Hal ini bisa terjadi pada orang yang sebenarnya baik namun terpengaruh dengan pergaulan yang tidak baik itu sehingga teman-teman mereka pun akhirnya menjauhi mereka karena sudah dinilai tidak baik.
Orang-orang yang biasa melakukan seks bebas ini juga dapat memiliki pandangan yang berbeda mengenai kehidupan sosial karena kehidupan sosial yang mereka jalani itu merupakan contoh yang salah. Hal ini menyebabkan mereka dapat dijauhi oleh masyarakat yang tentunya tidak suka dengan perilaku mereka yang melanggar norma-norma yang berlaku
3. Cara mananggulangi perbuatan sex bebas
Seperti yang telah kita bahas di atas bahwa sesungguhnya memang kurang kesadaran baik dari remaja itu sendiri maupun orang tua. Hendaklah orang tua memperhatikan anak-anaknya tetapi orang tua jangan terlalu mamanjakan anak mereka, karena bisa mengakibatkan dampak buruk baginya karena dia sudah terbiasa dengan hal-hal yang enak-enak. Tetapi orang tua juga harus memperhatikan anak-anaknya dengan mengarahkan ke hal-hal yang positif dengan cara mendukung bakat yang dimiliki oleh anak tersebut, agar dapat berguna dan berkembang. Tetapi seorang anak juga jangan terlalu egois dalam memaksakan kehendak.
1)        Pencegahan Menurut Agama
·        Memisahkan tempat tidur anak.
·        Meminta izin ketika memasuki kamar tidur orang tua.
·        Mengajarkan adab memandang lawan jenis.
·        Larangan menyebarkan rahasia suami-istri.
2)        Pencegahan Seks Bebas dalam Keluarga
Faktor keluarga sangat menentukan dalam masalah pendidikan seks sehingga prilaku seks bebas dapat dihindari. Waktu pemberian materi pendidikan seks dimulai pada saat anak sadar mulai seks. Bahkan bila seorang bayi mulai dapat diberikan pendidikan seks, agar ia mulai dapat memberikan mana cirri-laki-laki dan mana ciri perempuan. Bisa juga diberikan saat anak mulai bertanya-tanya pada orang tuanya tentang bagaimana bayi lahir. Peran orang tua sangat penting untuk memberikan pendidikan seks pada usia dini.
a)    Keluarga harus mengerti tentang permasalahan seks, sebelum menjelaskan kepada anak-anak mereka.
b)   Seorang ayah mengarahkan anak laki-laki, dan seorang ibu mengarahkan anak perempuan dalam menjelaskan masalah seks.
c)    Jangan menjelaskan masalah seks kepada anak laki-laki dan perempuan di ruang yang sama.
d)   Hindari hal-hal yang berbau porno saat menjelaskan masalah seks, gunakan kata-kata yang sopan.
e)    Meyakinkan kepada anak-anak bahnwa teman-teman mereka adalah teman yang baik.
f)     Memberikan perhatian kemampuan anak di bidang olahraga dan menyibukkan mereka dengan berbagai aktivitas.
g)    Tanamkan etika memelihara diri dari perbuatan-perbuatan maksiat karena itu merupakan sesuata yang paling berharga.
h)    Membangun sikap saling percaya antara orang tua dan anak.


    BAB III
PENUTUP DAN KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa terdapat faktor-faktor yang menyebabkan dan memacu berkembangnya seks bebas di dunia kampus. Faktor-faktor inilah yang menimbulkan dampak-dampak yang signifikan terhadap pelaku perbuatan yang tidak senonoh tersebut. Faktor-faktor penyebabnya terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Dampak-dampak yang diakibatkan antara lain adalah dampak fisik, dampak psikologis, dampak sosial, dan dampak bagi orang lain.



                                  DAFTAR PUSTAKA

1 . Wimpie Pangkahila, Seks yang Membahagiakan (New York: Simon A Schuster, 1995), 3.
2.  Azman Muammar, Masih Diperlukan Kajian Akademik, 2000-2001, http://www.kompas.com/kompas-cetak/0604/13/Politikhukum/ (Oktober 2007).
3. Pangkahila, op.cit., 37
4. Dr. Robert Taylor, Petunjuk Mengenai Penyakit-penyakit Kelamin, 2000,
http://www.healthac.org/shortguides/shortguide_indonesian.html (Oktober 2007).
5. Rocky Natio Pasaribu, Narkoba dan Pergaulan Bebas, 2006, http://gemawarta.wordpress.com/2006/01/12/aids-narkoba-dan-pergaulan-bebas/ (Oktober 2007).
6. Ieke Iriany, Dampak dan Penanggulangan Penyimpangan Perilaku Seksual Remaja., 2005, http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/1005/09/hikmah/lainnya04.htm (Oktober 2007).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar